Minggu, 26 Juli 2009

Mengajar Matematika yang Menyenangkan

Matematika sering menjadi "momok" yang menakutkan bagi anak, lebih sering karena cara pengajarannya yang salah, mental set anak yang sudah terbentuk bahwa pelajaran tersebut sukar, lantas ditambah bahwa untuk menjadi guru matematika harus tegas dan disiplin sehingga sering dipersepsikan galak, maka kesan keangkeran makin menambah daftar menakutkan bagi matematika.
Pada dasarnya tiap anak memang memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Demikian pula untuk kecerdasan yang berhubungan dengan logis matematis ini. Mereka pasti memilikinya, tetapi bisa jadi kurang optimal karena pengembangannya terhambat oleh kondisi-kondisi di atas. Bagaimanapun kecerdasan orangtua akan menurun pada anak-anaknya. Misalnya, orangtua dengan kecerdasan logis matematis yang rendah, biasanya anaknya pun demikian, tetapi dengan rangsangan belajar yang intensif dan menarik sehingga menyenangkan, kemampuan ini bisa dilatih dan ditingkatkan. Jadi bukan cara pengajaran yang membuat anak trauma dan ketakutan melihat gurunya ya Bu. Otak anak akan lebih kondusif menangkap sesuatu dan menyimpan dalam memorinya ketika dalam kondisi tenang dan emosi yang positif, sementara kondisi emosi yang negatif seperti ketegangan dan ketakutan hanya akan menimbulkan kendala pada penyerapannya sehingga justru menimbulkan suatu persepsi mental yang negatif dan ujung-ujungnya trauma skolastik pada mata pelajaran tersebut.
Kecerdasan
Kecerdasan sendiri sangat beragam sifatnya (multiple intelligence). Kecerdasan Logis matematis merupakan salah satu unsurnya di samping bentuk-bentuk kecerdasan lainnya seperti Kecerdasan Berbahasa, Bodily Kinestetik, Interpersonal dll. Menurut Dr. Howard Gardner dalam teori Multiple Intelligence ada 7 bahkan berkembang menjadi 10 macam kecerdasan yang dimiliki manusia.
Kecerdasan Logis Matematis merupakan kemampuan seseorang dalam menghitung, mengukur dan menyelesaikan hal-hal yang bersifat matematis. Berbagai komponen terlibat dalam kemampuan ini, misalnya berpikir logis, pemecahan masalah, ketajaman dalam melihat pola maupun hubungan dari satu masalah, pengenalan konsep-konsep yang bersifat kuantitas, waktu dan hubungan sebab akibat.
Kalau kita amati anak-anak dengan bakat kecerdasan ini, interes mereka lebih besar pada hal-hal yang bersifat logis matematis. Misalnya saja mereka biasanya lebih terampil mengolah angka, menghafal dan menghitung angka serta lebih mahir menggunakan akal sehat serta logikanya dalam menghadapi masalah di sekitarnya.
Dan, untuk merangsang serta mengoptimalkan kecerdasan logis matematis, maka kita harus mengkondisikan otak anak siap menerima materi dengan situasi dan cara pembelajaran yang menyenangkan, maka prinsip belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar sebaiknya diterapkan. Beberapa contoh kreativitas ini silakan dicobakan namun Ibu bisa mengembangkannya secara lebih jauh sesuai dengan kondisi kelas dan anak-anaknya sendiri.
* Pada dasarnya tiap anak memang memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Demikian pula untuk kecerdasan yang berhubungan dengan logis matematis ini. Mereka pasti memilikinya namun bisa jadi kurang optimal karena pengembangannya terhambat oleh kondisi-kondisi di atas.
* Bagaimanapun kecerdasan orangtua akan menurun pada anak-anaknya. Misalnya, orangtua dengan kecerdasan logis matematis yang rendah, biasanya anaknya pun demikian, tetapi dengan rangsangan belajar yang intensif dan menarik sehingga menyenangkan, kemampuan ini bisa dilatih dan ditingkatkan. Jadi bukan cara pengajaran yang membuat anak trauma dan ketakutan.
* Kalau kita amati anak-anak dengan bakat kecerdasan ini, interes mereka lebih besar pada hal-hal yang bersifat logis matematis. Misalnya saja mereka biasanya lebih terampil mengolah angka, menghafal dan menghitung angka serta lebih mahir menggunakan akal sehat serta logikanya dalam menghadapi masalah di sekitarnya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
blog-indonesia.com

About

Site Info

Text

Matematika Copyright © 2009 Community is Designed by Bie