Minggu, 26 Juli 2009

PARADIGMA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Frederick K.S. Leung (University of Hongkong), mengungkap rahasia penting kunci sukses pembelajaran matematika di Hongkong. “Faktor apa yang mungkin berdampak terhadap pencapaian prestasi belajar matematika siswa?” Pertanyaan mendasar inilah yang dijadikan pijakan analisis kajian terhadap data Trends in International Mathematics & Science Study (TIMSS) 1999 Video Study di 7 negara, meliputi Australia, Rep. Ceko, Hongkong, Jepang, Belanda, Swiss, & Amerika Serikat.

Dibandingkan dengan negara lain yang menjadi subjek kajian penelitian, Hongkong memiliki keunggulan tersendiri dalam mendesain kegiatan pembelajaran matematikanya di kelas. Kegiatan presentasi kelas, membangun konsep matematika melibatkan seluruh aktivitas siswa, merupakan ciri utama pembelajaran matematika sekolah di Hongkong. Desain pembelajaran ini sangat relevan dengan kerangka pemikiran “matematika sebagai komunikasi”.

Pada hakikatnya, belajar dan mengajar matematika membutuhkan berbagai aktivitas bahasa, seperti membaca, mendengar, menulis, merepresentasi, dan berdiskusi. Fungsi bahasa dalam konteks kelas matematika adalah bahwa bahasa telah terbukti sepanjang masa untuk mengembangkan gagasan-gagasan. Bahasa disajikan sebagai suatu makna representasi & makna komunikasi. Pendidik matematika menyebutnya “mathematics an exstension of language” (Weinzweig, 1982).

Jacobs (1982) menyatakan bahwa apabila pembelajaran matematika terfokus pada menghafalkan istilah-istilah daripada mengkomunikasikan ide-ide matematika, maka siswa banyak mengalami kesulitan sehingga perlu diperkenalkan lebih dini secara tepat. Karena bagi siswa, matematika pada dasarnya merupakan “bahasa asing”. Namun demikian, matematika dapat digunakan untuk berkomunikasi dimana saja kita berada, bahasa pengantar apa saja yang kita gunakan dalam pembelajaran, sehingga tepat kalau matematika disebut “the universal language” .

Siswa lebih suka membangun pengetahuan matematika melalui berbagai aktivitas, siswa mengalami dan memaknai sendiri apa yang terjadi dalam pembelajaran di kelas, itulah potret pembelajaran matematika di Hongkong.

Sisi lain yang cukup unik, siswa di Hongkong sangat menyukai aktivitas belajar secara berkelompok, guru menyajikan masalah matematika yang merangsang minat siswa untuk bertanya, kemudian siswa mendiskusikan solusinya.

Situasi pembelajaran ini sangat relevan dengan konsep belajar matematika sebagai aktivitas sosial. Schoenfeld (1992), menyatakan bahwa belajar matematika merupakan sifat suatu aktivitas sosial. Naasnya, pembelajaran komunikasi konvensional dengan satu arah, mengabaikan sifat sosial dari belajar matematika, juga mengganggu perkembangan matematika siswa. Rancanglah strategi pembelajaran secara berkelompok, sehingga siswa mampu berkomunikasi dengan sesama temannya untuk membangun pengetahuan dari aktivitas belajar berkelompok. Manfaat besar dari aktivitas belajar secara berkelompok akan membantu siswa mengembangkan pengetahuan matematika, mengembangkan kemampuan pemecahan masalah & penalaran, meningkatkan kepercayaan diri siswa (Johnson & Johnson, 1989), serta memberdayakan keterampilan sosial & keterampilan komunikasi (Noddings, 1985).

3 Prinsip Pembelajaran Matematika Versi Robyn Anderson

Mau pembelajaran matematika Anda lebih bermakna? Tampaknya, 3 prinsip seorang Executive di Queensland Association of Mathematics Teachers ini bisa jadi salah satu rujukan desain pembelajaran Anda di kelas.

Pertama, connecting students to mathematics. Apa ya maksudnya? Kita membutuhkan proses untuk menghubungkan siswa dalam konteks nyata keseharian mereka. Kita juga harus membangun pemahaman matematika siswa dengan sesuatu yang berada di sekeliling mereka. Mengapa tidak jika kita coba memulai pembelajaran dengan pertanyaan-pertanyaan yang memancing minat siswa seperti, “Coba sebutkan benda-benda di sekitar yang berbentuk segiempat, lingkaran, segitiga, atau bentuk geometri lainnya?”. Atau kita memulai pembelajaran materi statistika dengan mengajak siswa menghitung jumlah sepeda motor, sepeda, mobil yang di parkir di halaman sekolah. Pasti sangat menarik untuk dicoba.

Kedua, believing that all students can learn mathematics. Pernah mendengar filosofi sukses “You are what you think”? Bagaimana Anda bisa sukses mengajari siswa Anda belajar matematika, jika Anda sendiri sebagai guru meragukan kemampuan matematika siswa Anda. Menyajikan matematika dengan mempertimbangkan kesiapan & kematangan belajar siswa, serta menghubungkannya dengan kehidupan mereka, itu adalah langkah penting memotivasi sikap positif siswa terhadap matematika, selanjutnya mereka akan percaya bahwa mereka mampu belajar matematika.

Ketiga, focusing on students’ mathematical learning. Bagaimana caranya supaya pembelajaran matematika dapat berfokus pada siswa? Strategi pembelajaran harus mampu menciptakan lingkungan belajar di kelas yang berpusat pada siswa, mengembangkan pembelajaran berbasis konstruktivis (siswa membangun pengetahuan sendiri), siswa bekerja dalam kelompok, dan guru harus memfasilitasi diskusi matematika di antara siswa.

Metafora dalam Pembelajaran Matematika

Banyak faktor sukses dapat menentukan keberhasilan belajar matematika siswa, cara penyajian materi salah satunya. Apakah cara penyajian materi dapat membuat siswa tertarik, kemudian termotivasi untuk belajar matematika. Ataukah siswa akan merasa jenuh dan menghindari matematika?

Dalam paper Robyn Anderson, saya menemukan “harta karun” yang seolah mengingatkan saya akan kenangan mengajar di 4 SMP—SMPN 1 Kerinci Kanan. SMPN 2 Kerinci Kanan, SMP Swadaya, & SMP Islam Al Muhajirin--di Kab. Siak Propinsi Pekanbaru satu tahun silam. “Harta Karun” tersebut berbunyi, “Clark (2007) found that stories and literature are particularly rich stimulus to promote mathematical discussion, and when students were asked to provide written reflection about a range of mathematical concepts that were made more accessible and memorable as a result of reading stories”.

Apa yang bisa saya refleksikan dari “harta karun” dan pengalaman mengajar saya setahun silam? AHA...METAFORA...Inspirasi ini yang pernah saya bawa dalam pengalaman mengajar saya.

Metafora yang dimaksud dalam kajian saya ini adalah memaparkan cerita tentang hakikat kesuksesan, perumpamaan-perumpamaan mengenai suatu bentuk kehidupan yang notabene akan mereka hadapi kelak, simulasi, ataupun kisah-kisah berbagai orang sukses dalam hidupnya, serta legenda-legenda lainnya. Diharapkan nantinya, setelah pembelajaran selesai, setiap siswa sebagai pembelajar memiliki wawasan lebih tentang kehidupan nyata yang akan mereka songsong, sehingga motivasi mereka untuk lebih sungguh-sungguh belajar dapat ditingkatkan.

Tujuan utama penggunaan metafora dalam pembelajaran matematika adalah untuk mendongkrat minat dan motivasi siswa dalam belajar, bukan hanya belajar matematika, tetapi belajar nilai-nilai kehidupan. Saya membiasakan diri mengawali pembelajaran dengan cerita kehidupan & motivasi yang saya pelajari dari berbagai literatur, menghubungkan matematika dengan nilai-nilai kehidupan, dan melakukan simulasi matematika yang menantang kemampuan berpikir siswa.

Sebenarnya sangat banyak metafora yang dapat digunakan atau disampaikan dalam setiap pembelajaran. Misalnya: (1) bercerita dengan menggunakan perumpamaan untuk menumbuhkan kesadaran betapa pentingnya pembelajaran tersebut, (2) bercerita dengan perumpamaan, bahwa yang bertanggung jawab terhadap pendidikan pada hakikatnya adalah diri sendiri, (3) memberikan penjelasan bagaimana kiat meraih sukses dalam pembelajaran dan kehidupan, (4) menyajikan paparan bahwa orang belajar harus siap keluar dari ‘zona nyaman’, (5) mendiskusikan mengapa hingga saat ini kualitas pendidikan Indonesia masih terpuruk, (6) mengisahkan tentang beberapa tokoh terkenal seperti Albert Einstein, J.K. Rowling, Syaikh Ahmad Yassin, Jacky Chan, David Beckham, Michael Jordan, Thomas Alva Edison, Jalaluddin Rumy, Umar Khayyam, Iwan Fals, dan sebagainya, (7) memberikan beberapa nasihat dan tips-tips untuk meraih keberhasilan, (8) melakukan simulasi matematika yang menantang kemampuan berpikir siswa (puzzle).

Metafora menggugah motivasi siswa untuk belajar matematika, memberdayakan potensi mereka untuk menjawab tantangan dalam simulasi matematika, dan yang paling penting menjelajahi nilai-nilai kehidupan yang mengisnpirasi mereka untuk melakukan upaya terbaik dalam hidupnya.

Puzzle session, inilah drama paling menarik yang banyak dinanti para siswa ketika belajar matematika di kelas dengan skenario “metafora”. Saya suguhkan satu contoh puzzle untuk Anda para pembaca Majalah Teachers Guide.

Pecahkan kodenya agar penjumlahan berikut benar!

= 6

= 2

Berapa nilai dari , , , dan ?

Uraikan cara kerja Anda dalam menjawab pertanyaan tersebut!

Menakutkan, kesan itu masih melekat cukup kuat di benak sebagian besar siswa kita terhadap pelajaran & pembelajaran matematika. Ingin coba membantah fakta ini? Lakukan pembelajaran matematika dengan paradigma baru yang lebih bermakna & menyenangkan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
blog-indonesia.com

About

Site Info

Text

Matematika Copyright © 2009 Community is Designed by Bie